Sabtu, 03 Oktober 2015

PEMANDUAN BAKAT OLAHRAGA GYMNASTICS

PEMANDUAN BAKAT OLAHRAGA GYMNASTICS
Oleh: Margi Asih S.Pd.



ABSTRAK

Senam atau Gymnastics menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa terjadi karena teknologi pembuatan bahan pakaian belum semaju sekarang, sehingga belum memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya.
Bompa, (1990) menyatakan di negara barat identifikasi calon atlet bukanlah merupakan suatu konsep baru dalam bidang olahraga, meskipun kegiatan identifikasi calon atlet ini belum banyak dikerjakan secara formal. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana cara untuk dapat menelusuri, memantau dan menemukan, atau mengidentifikasi terhadap atlet-atlet yang memiliki bakat unggul dalam olahraga pada usia dini. Kemudian setelah menemukan bibit-bibit atlet yang berbakat itu bagaimana untuk sekanjutnya dikembangkan atau diadakan pembinaannya terhadap bibit-bibit atlet yang berbakat itu agar nantinya dapat menjadi atlet atau olahragawan yang berprestasi tinggi. Mengidentifikasi anak yang memiliki bakat senam dapat dilakukan pada anak berumur 9 atau 10 tahun sampai 14 tahun.
Menurut Dr. Sands dalam Brown (2001: 175) menyebutkan yang paling mungkin untuk mencapai keberhasilan yang luar biasa dalam bakat olahraga adalah mereka yang mencapai persentil ke 80 atau lebih untuk masing-masing test. Berikut adalah test identifikasi bakat gymnastics yang dilakukan di USA meliputi lari 20 meter, push up, pull up, leg lift, splits, active shoulder flexibility, dan vertical jump.

Kata kunci: gymnastics, pemanduan bakat olahraga, identifikasi bakat anak.


PENDAHULUAN
Permasalahan mengenai bakat pada dewasa ini telah menjadikan suatu pembicaraan yang dapat mengundang berbagai pihak yang terkait. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang mantap tentang atlet berbakat, dan bagaimana cara untuk mendapatkan atlet yang berbakat itu secara dini. Hal ini telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak, antara lain dilakukan dengan melalui forum-forum pertemuan. Baik pada pertemuan bersifat ilmiah dalam bidang olahraga, lokakarya, maupun dalam pertemuan dari para wakil organisasi keolahragaan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan dalam penentuan bakat tersebut.  Seluruh jumlah (populasi) mengenai calon atlet berbakat usia dini sebagian besar berada pada lingkungan lembaga pendidikan, yaitu pada jenjang lembaga dasar, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah tingkat pertama. Hal ini tidak berarti bahwa diluar lingkup lembaga pendidikan tidak ada calon atlet yang memiliki bakat. Namun jika melihat dari segi praktisnya, bahwa pada saat ini untuk mendapatkan bibit-bibit atlet berbakat akan lebih mudah ditemukan disekolah-sekolah. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana cara untuk dapat menelusuri, memantau dan menemukan, atau mengidentifikasi terhadap atlet-atlet yang memiliki bakat unggul dalam olahraga pada usia dini. Kemudian setelah menemukan bibit-bibit atlet yang berbakat itu bagaimana untuk selanjutnya dikembangkan atau diadakan pembinaannya terhadap bibit-bibit atlet yang berbakat itu agar nantinya dapat menjadi atlet atau olahragawan yang berprestasi tinggi.
Pembinaan olahraga prestasi memerlukan waktu yang lama sampai atlet meraih prestasi puncak. Pembinaan sebaiknya dimulai sejak dini, sehingga atlet memiliki dasar kuat untuk mencapai dan mempertahankan prestasi puncak. Usia dini dalam olahraga berbeda-beda sesuai dengan karakter cabang olahraganya. Pembinaan sejak dini melalui program pembibitan terstruktur dan berkesinambungan, dengan konsep yang tepat menjadi sebuah tuntutan pada olahraga prestasi. Pembinaan prestasi sejak awal perlu dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip pembinaan jangka panjang, sistematis dan berorientasi pada sasaran. Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting dalam pembinaan prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem pembinaan olahraga prestasi. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian prestasi tidak akan tercapai. Sistem pembibitan adalah cara yang terbaik untuk membentuk pondasi yang kuat, menuju ketahap selanjutnya yaitu spesialisasi secara berkelanjutan sampai tahap prestasi tinggi.
Cabang-cabang olahraga memiliki karakter dan spesifikasi masing-masing, sehingga perlu adanya perpaduan antara test umum dan spesialisasi dalam pemanduan bakat. Peranan alat test terasa kurang jika tidak dikombinasi dengan hasil pengamatan pelatih yang berpengalaman. Cabang olahraga terukur sering mengalami kesalahan dalam pemanduan bakat. Kesalahan terjadi sebagian besar karena anak-anak yang diukur sudah mendapat latihan khusus, sehingga hasilnya lebih baik dari anak yang belum mendapat sentuhan latihan. Peranan test umum dan khusus yang dikombinasikan diharapkan dapat menghasilkan anak-anak yang berbakat, sehingga pembinaan prestasi dapat mendapatkan hasil sampai prestasi tinggi.
Seleksi atau pemilihan pesenam berbakat sudah menjadi isu sejak lama dalam olahraga senam kompetitif. Tidak mengherankan, negara-negara maju seperti Rusia, Romania, Bulgaria, dan Cina, sangat berkepentingan dengan proses penyeleksian, karena sangat berkaitan dengan kepastian bahwa anak yang terpilih harus mampu menjalani latihan yang sangat spartan, dan diyakini akan menunjukkan prestasi terbaik pada usia-usia emasnya. Oleh karena itu proses seleksi/pemanduan bakat ini pun berkaitkan erat pada usia anak yang ideal untuk memulai latihan senam, serta usia puncak ketika anak sedang berada dalam prestasi topnya. Selanjutnya selain usia, Hadjiev & Andonov (Mahendra & dkk 2002: 3) mengemukakan bahwa terdapat empat standard dalam penyeleksian untuk memilih calon pesenam berbakat, yang sudah dibakukan dan diterapkan di Bulgaria dan beberapa negara Eropah Timur sejak lama. Keempat standard tersebut adalah:
a.     Kecenderungan struktur anatomi,
b.    Kecenderungan fungsional,
c.     Kecenderungan koordinasi motorik, dan
d.    Kecenderungan psiko-intelektual.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan, dengan proses seleksi yang baik akan dapat dipastikan bahwa anak yang terpilih adalah anak-anak yang berbakat, terutama dilihat dari segi morfologis, fisiologis, kemampuan gerak, serta psikologisnya pada usia yang tepat sesuai cabang olahraga yang akan ditekuni (senam).

SENAM ATAU GYMNASTICS
Gymnastics sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan kata dari bahasa Yunani, gymnos, yang berarti telanjang. Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga, merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics, atau Belanda Gymnastiek. Senam atau Gymnastics menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa terjadi karena teknologi pembuatan bahan pakaian belum semaju sekarang, sehingga belum memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya.
Imam Hidayat (Mahendra, 2002: 8) memberikan pedoman untuk memperjelas pengertian senam sebagai berikut:
Gambar 1. Unsur-unsur senam.
                Menurut Hidayat dalam Mahendra (2002:9) menyebutkan bahwa jika suatu kegiatan fisik mengandung salah satu atau gabungan dari ketiga unsur di atas, kegiatan itu bisa dikelompokkan sebagai senam. Berikut penjelasan mengenai tumbling, akrobatik, dan kalestenik.
a)      Kalestenik
Calesthenic berasal dari kata Yunani (Greka), yaitu Kalos yang artinya indah dan Stenos yang artinya kekuatan. calesthenic bisa diartikan sebagai kegiatan memperindah tubuh melalui latihan kekuatan. Maksudnya adalah latihan tubuh (baik memakai alat maupun tanpa alat) untuk meningkatkan keindahan tubuh. Dalam bahasa Inggris, calesthenic diartikan sebagai free exercises dan dalam bahasa Jerman disebut frei ubungen. Lalu dalam bahasa Indonesia disebut kalestenik yang diartikan sebagai kegiatan atau latihan fisik untuk memelihara atau menjaga kesegaran jasmani (senam pagi, senam kesegaran jasmani), meningkatkan kelentukan dan keluwesan, serta memelihara teknik dasar dan keterampilan.

b)     Tumbling
Tumbling berasal dari kata tombolon (bahasa italia), tommelen (Belanda), tomber (Perancis) yang artinya melompat disertai melenting dan berjungkir balik secara berirama. Kata tumbling dan kata akrobatik sering dipertukarkan, sehingga dianggap tidak ada perbedaan di antara keduanya. Padahal, tumbling dan akrobatik memiliki arti ketangkasan dalam arti yang berbeda. Tumbling adalah gerakan yang cepat dan eksplosif dan merupakan gerak yang pada umumnya dirangkaikan pada satu garis lurus. Adapun cirinya adalah: adanya unsur melompat, melayang bebas di udara dan dilakukan dengan cepat. Contoh dari tumbling adalah kip, handspring, atau salto.

c)      Akrobatik
Akrobatik bisa diartikan sebagai keterampilan yang pada umumnya menonjolkan fleksibilitas gerak dan balansing (keseimbangan) dengan gerakan yang agak lambat. Contohnya adalah chestroll, walkover, backover, atau gerakan-gerakan seperti posisi bertahan seperti handstand dan press.
                Dengan demikian senam merupakan suatu latihan tubuh yang terpilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, serta  disusun secara sistematis yang mengandung unsur-unsur gerak kalestenik, tumbling, dan akrobatik dengan tujuan peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolan gerak.


JENIS-JENIS SENAM
Berikut merupakan pengelompokkan senam yang dilakukan oleh FIG (Federation Internationale de Gymnastique) yang di-Indonesiakan menjadi Federasi Senam Internasional. Menurut FIG, senam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:
a.     Senam artistik (artistic gymnastics)
b.    Senam ritmik sportif (sportive rhythmic gymnastics)
c.     Senam akrobatik (acrobatic gymnastics)
d.    Senam aerobik sport (sports aerobics)
e.     Senam trampolin (trampolinning)
f.      Senam umum (general gymnastics).
Senam artistik diartikan sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat sebagai berikut:
Artistik Putra:
a.     Lantai (Floor Exercises)
b.    Kuda Pelana (Pommel Horse)
c.     Gelang-gelang (Rings)
d.    Kuda Lompat (Vaulting Horse)
e.     Palang Sejajar (Parallel Bars)
f.      Palang Tunggal (Horizontal Bar).
Artistik Putri:
a.     Kuda Lompat (Vaulting Horse)
b.    Palang Bertingkat (Uneven Bars)
c.     Balok Keseimbangan (Balance Beam)
d.    Lantai (Floor Exercises)
Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Gerakan-gerakan tumbling digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol, mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa keindahan.
Senam ritmik sportif adalah senam yang dikembangkan dari senam irama sehingga dapat dipertandingkan. Komposisi gerak yang diantarkan melalui tuntunan irama musik dalam menghasilkan gerak-gerak tubuh dan alat yang artistik, menjadi ciri dari senam ritmik sprotif ini. Adapun alat-alat yang digunakan adalah:
a.     Bola (ball)
b.    Pita (Ribbon)
c.     Tali (Rope)
d.    Simpai (Hoop)
e.     Gada (Clubs).
Senam Akrobatik adalah senam yang mengandalkan akrobatik dan tumbling, sehingga latihannya banyak mengandung salto dan putaran yang harus mendarat di tempat-tempat yang sulit. Misalnya mendarat di atas tangan pasangan atau di bahunya. Senam akrobatik biasanya dilakukan secara tunggal dan berpasangan. Senam ini, bersama sama dengan senam trampolin dan sports aerobics, baru masuk ke dalam jajaran organisasi senam di bawah FIG pada tahun 1996, pada Kongres FIG di Atlanta Olympic Games, USA.
Senam Trampolin merupakan pengembangan dari satu bentuk latihan yang dilakukan di atas trampolin. Trampolin adalah sejenis alat pantul yang terbuat dari rajutan kain yang dipasang pada kerangka besi berbentuk segi empat, sehingga memiliki daya pantul yang sangat besar. Pada mulanya penggunaan trampolin ini hanya untuk membantu penguasaan keterampilan akrobatik untuk senam artistik atau untuk para peloncat indah. Namun, karena latihannya memang menarik, akhirnya dikembangkan menjadi suatu latihan yang dipertandingkan.
Sports Aerobics merupakan pengembangan dari senam aerobik. Agar pantas dipertandingkan, latihan-latihan senam aerobik yang berupa tarian atau kalistenik tertentu digabung dengan gerakan-gerakan akrobatik yang sulit. Sports aerobics saat ini mempertandingkan empat kategori, yaitu: single putra, single putri, pasangan campuran, dan trio.
Senam umum adalah segala jenis senam di luar kelima jenis senam di atas. Senam-senam seperti senam aerobik, senam pagi, SKJ, senam wanita, ansebagainya, termasuk ke dalam senam umum.


KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR GERAK SENAM
Senam merupakan cabang olahraga yang dicirikan oleh keterampilan gerak yang sangat unik. Dilihat dari taksonomi gerak umum, senam bisa secara lengkap diwakili oleh gerak-gerak dasar yang membangun pola gerak yang lengkap, dari mulai pola gerak lokomotor, nonlokomotor, sekaligus manipulatif.
a.      Keterampilan lokomotor
Lokomotor diartikan sebagai gerak berpindah tempat, seperti jalan, lari, lompat, berderap, beringkat, leaping, skipping, dan sliding. Pada senam, gerak-gerak di atas sangat penting digunakan, karena hakikatnya hampir seluruh keterampilan atau gerakan senam merupakan gerak lokomotor, seperti kip, handspring, baling-baling, atau flic-flac. Gerak lokomotor dalam senam terutama sangat diperlukan untuk menambah momentum horizontal, seperti berlari pada saat melakukan awalan. Gerak awalan ini diperlukan karena sebagian daya yang diperoleh dari adanya momentum ini digunakan untuk menyempurnakan gerak keterampilan senam itu sendiri. Untuk bisa memperoleh daya yang kuat, pesenam harus mengkontraksikan otot-ototnya untuk mengerahkan daya internal, yang kemudian digabungkan dengan daya eksernal yang bisa jadi dihasilkan dari alat yang dipakai, misalnya papan tolak. Melatih macam-macam keterampilan lokomotor sangat berguna dalam menanamkan dasar pembentukan keterampilan senam, sehingga harapannya adalah anak akan dapat memahami gerak dasar senam.
b.      Keterampilan nonlokomotor
        Keterampilan nonlokomotor adalah gerak yang tidak berpindah tempat, mengandalkan ruas-ruas persendian tubuh yang membentuk posisi-posisi berbeda yang tetap tinggal di satu titik. Contoh-contoh gerakan nonlokomotor adalah melenting, meliuk, membengkok, dan sebagainya. Pada senam, keterampilan nonlokomotor banyak dipakai dalam gerak-gerak kalestenik, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kelentukan. Demikian juga dengan sikap-sikap bertumpu dan keseimbangan statis, yang tidak perlu berpindah tempat. Justru dalam senam lah gerak-gerak nonlokomotor lebih banyak mendapat penekanan, karena berhubungan dengan penguasaan ketrampilan. Manfaat dari gerak-gerak nonlokomotor ini, proses pelatihan senam perlu ditekankan pada upaya mengembangkan kekuatan, kelentukan dan keseimbangan.

c.       Keterampilan manipulatif
Keterampilan manipulatif sering diartikan sebagai kemampuan untuk memanipulasi objek tertentu dengan anggota tubuh: tangan, kaki, atau kepala. Keterampilan yang termasuk ke dalamnya diantaranya adalah menangkap, melempar, memukul, menendang, mendribling, dan sebagainya. Pada senam artistik, keterampilan ini jarang ditemui, kecuali bahwa beberapa alat perlu dipegang dengan tangan dan pesenam bermain-main di atasnya, tetapi dalam senam ritmik, keterampilan manipulatif seolah menjadi ciri utamanya. Semua alat senam ritmik: bola, tali, pita, gada, dan simpai, keterampilannya didasarkan pada kemampuan memanipulasi semua alat itu, apakah dilemparkan kemudian ditangkap lagi, diputar, diayun, dipuntir, digelindingkan, dan banyak lagi, baik oleh tangan, oleh badan, bahkan oleh kaki sekalipun.


PEMANDUAN BAKAT GYMNASTICS
Prestasi penampilan senam dipengaruhi oleh dua hal yaitu yang bersumber dari lingkungan (sifatnya berubah-ubah: variable) dan penentu yang bersumber dari diri pesenam sendiri (sifatnya relatif menetap: invariant). Model konseptual ini mencoba memperhitungkan variansi penampilan yang dipengaruhi oleh lingkungan dan bawaan serta interaksi dari keduanya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa penentu lingkungan memainkan peranan yang sangat penting dalam prestasi senam, namun yang lebih penting lagi adalah faktor bawaan pesenam. Menurut Bouchard (Agus Mahendra, 2002:7) variansi yang bersifat bawaan ini dikelompokkan menjadi yang bersifat morfologis (antropometrik), organis dan fisiologis (kualitas fisik), perseptual dan neuromuscular (kualitas motorik), dan tak kalah pentingnya aspek sosio-psikologis (mental-psikologis).  Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, maka dalam pemanduan bakat olahraga senam diperlukan pengkajian secara teoritis. Aspek-aspek tersebut akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi seorang atlet pada puncak penampilannya. Berikut adalah aspek-aspek yang terkait yaitu:
a)   Usia ideal pemanduan
Secara fisiologis, usia dini anak-anak ini diyakini merupakan usia ideal untuk memulai latihan senam yang banyak menekankan pada unsur kelentukan dan kekuatan, karena tubuh anak masih sangat fleksibel dan masih terbuka kemungkinan untuk terjadinya perubahan struktur serabut otot dalam tubuhnya akibat latihan. Menurut Brown (2001:170), pada usia 9 atau 10 tahun dapat dikenali anak memiliki bakat fisik untuk menjadi pesenam.
b)   Aspek morfologis/struktur anatomi
Senam dianggap memiliki struktur fisik atau postur tubuh yang khusus, yang umumnya berbeda dari atlet cabang olahraga lain. Olahraga senam banyak menuntut atletnya untuk memiliki tubuh yang ringan, karena berkaitan dengan tuntutan gerak keterampilannya yang perlu dilakukan dengan cepat serta perlunya mempertahankan posisi tubuh dalam sikap-sikap yang tidak umum. Menurut Brown (2001:171) salah satu pelatih mengatakan memiliki tubuh yang kecil akan lebih memudahkan untuk melakukan flip dan memutar daripada badan besar.
c)   Aspek organis dan fisiologis
Aspek organis dan fisiologis seorang atlet berhubungan dengan kualitas komponen kebugaran tubuh, seperti dalam hal daya tahan, kekuatan, power, kelentukan, serta kecepatan, karena komponen-komponen tersebut terkait erat dengan kualitas organis dan fisiologis atlet. Secara umum, kelima aspek di atas menyumbang secara dominan terhadap keberhasilan penampilan pesenam dalam seluruh alat. Hal ini sependapat dengan Eaton dalam Brown (2001:170), kualitas fisik yang berfungsi sebagai dasar bakat senam yaitu, speed, strength, quickness, dan flexibility.
d)   Aspek kualitas motorik
Menurut Agus Mahendra (2002: 15), dalam olahraga senam diperlukan kemampuan motorik (motor ability), seperti di bawah ini untuk dapat sukses yaitu:
a.     Control precision: kemampuan yang mendukung tercapainya penghasilan respons gerak secara cepat dan cermat, yang dilakukan oleh sekumpulan otot atau segmen tubuh yang relatif besar.
b.    Multi-limb coordination: kemampuan yang mendukung tugas yang membutuhkan koordinasi anggota tubuh dalam keadaan bergerak secara simultan, seperti dua tangan, dua kaki, atau tangan dan kaki.
c.     Response orientation: kemampuan yang mendukung tugas gerak yang membutuhkan kecepatan orientasi dalam penentuan alternatif pola gerak yang akan dibuat dan berkaitan dengan kemampuan memilih respons yang benar dalam kondisi yang sangat mendesak.
d.    Reaction time: kemampuan yang menyokong tugas yang memerlukan kecepatan memberikan respons cepat atas stimulus yang muncul tanpa terduga, sehingga harus bereaksi secepat mungkin. Dalam lingkup teori pengolahan informasi, waktu reaksi ini sebenarnya merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung melalui tahapan tertentu, dari mulai mengenali rangsang yang datang, memilih respons yang tepat, hingga memprogram respons dalam bentuk gerak sebagai outputnya.
e.     Speed of Arm Movement : kemampuan yang mendukung tugas di mana anggota tubuh harus digerakkan dari satu tempat ke tempat lain dengan kecepatan tinggi. Postural discrimination : kemampuan yang mendukung tugas di mana subyek harus merespons secara cepat terhadap perubahan gerak penting dalam tubuh dalam keadaan tidak ada unsur penglihatan yang terlibat untuk melakukan penyesuaian badan secara cermat.
f.      Respons integration : kemampuan yang menyokong tugas di mana subyek harus memanfaatkan dan menerapkan petunjuk penting yang bersifat sensoris dari beberapa sumber ke dalam satu respons tunggal yang terpadu.
g.     Arm-Hand steadiness : Kemampuan yang mendukung tugas di mana seseorang harus mampu menahan lengannya secara stabil dan seimbang.
h.    Visual acquity: kemampuan yang mendukung tugas yang dilaksanakan dengan memanfaatkan ketajaman pandangan mata dalam mengamati objek atau perubahan yang terjadi di lingkungan untuk segera direspons dengan tindakan yang tepat.

e)   Aspek psikologis.
Menurut Brown (2001:171), pelatih senam menyebutkan bahwa agresivitas dan keberanian merupakan hal penting untuk kesuksesan pesenam.

IDENTIFIKASI BAKAT GYMNASTICS
USA gymnastics memiliki salah satu program indentifikasi bakat secara umum meliputi lari 20 meter, push up, pull up, leg lift, splits, active shoulder flexibility, dan vertical jump. Menurut Dr. Sands dalam Brown (2001: 175) menyebutkan yang paling mungkin untuk mencapai keberhasilan yang luar biasa dalam bakat olahraga adalah mereka yang mencapai persentil ke 80 atau lebih untuk masing-masing test. Berikut adalah test identifikasi bakat gymnastics yang dilakukan di USA:
a.       Lari sprint 20 meter
Girls 10-14 years
percentile
3,24
20%
3,14
50%
3,08
70%
3,04
80%

b.       Push up (dilakukan dalam 10 detik)
Girls 10-14 years
percentile
11
20%
12
50%
13
70%
14
80%

c.       Pull up (dilakukan dalam 10 detik)
Girls 10-14 years
percentile
4
20%
5
50%
6
70%
7
80%

d.       Leg lifts (dilakukan dalam 10 detik)
Girls 10-14 years
percentile
5
20%
6
50%
6
70%
7
80%

e.       Splits-left and right
Girls 10-14 years
percentile
8,0
20%
10,9
50%
12,8
70%
13,9
80%

f.        Active shoulder flexibility
Girls 10-14 years
percentile
14,1
20%
17,6
50%
19,7
70%
21,0
80%

g.       Vertical jump
Girls 10-14 years
percentile
16,2
20%
18,1
50%
19,2
70%
19,9
80%





INSTRUMENT PEMANDUAN BAKAT GYMNASTICS
Pemanduan bakat tidak akan pernah lepas dari suatu intrumen atau alat ukur untuk menilai tingkat keberbakatan anak terhadap suatu bidang olahraga, berikut merupakan salah satu bentuk instrunem pemanduan bakat olahraga senam artistik dan ritmik oleh Agus Mahendra dkk (2002):
1.   Parameter Antropometri
a.    Usia 6 tahun (Senam Artistik)
Pesenam artistik putra usia 6 tahun
TINGGI BERDIRI (CM)
110 - 114
TINGGI DUDUK (CM)
58 - 60
PANJANG LENGAN (CM)
47 - 48.6
PANJANG TUNGKAI (CM)
61 - 63.5
DIAMETER PANGGUL (CM)
18 - 19.5
BERAT BADAN (KG)
16 - 19.5
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
.45 - .175

       Pesenam artistik putri usia 6 tahun
TINGGI BERDIRI (CM)
106 - 114
TINGGI DUDUK (CM)
58.5 - 60
PANJANG LENGAN (CM)
47.3 - 48.7
PANJANG TUNGKAI (CM)
61.1 - 63.8
DIAMETER PANGGUL (CM)
17.9 - 18.5
BERAT BADAN (KG)
16 - 19
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
.150 - .180

b.      Usia 7 tahun (Senam Artistik)
    Pesenam artistik putra usia 7 tahun
TINGGI BERDIRI (CM)
116 - 122
TINGGI DUDUK (CM)
62 - 65
PANJANG LENGAN (CM)
50 - 53
PANJANG TUNGKAI (CM)
63 - 66.5
DIAMETER PANGGUL (CM)
18,8 - 19.6
BERAT BADAN (KG)
20 - 23
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
.168 - .186

       Pesenam artistik putri usia 7 tahun
TINGGI BERDIRI (CM)
117 - 119
TINGGI DUDUK (CM)
60 - 63
PANJANG LENGAN (CM)
48.5 - 51.2
PANJANG TUNGKAI (CM)
62 - 65
DIAMETER PANGGUL (CM)
19,1 - 21
BERAT BADAN (KG)
18.5 - 21.5
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
.158 - .180

c.       Pesenam ritmik putri usia 6 tahun (Senam Ritmik)
TINGGI BERDIRI (CM)
114 - 119
TINGGI DUDUK (CM)
59 - 60
PANJANG LENGAN (CM)
48.1 - 49.1
PANJANG TUNGKAI (CM)
62.1 - 64.1
DIAMETER PANGGUL (CM)
17,8 - 18,2
BERAT BADAN (KG)
15.1 - 16.7
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
.135 - .145


PETUNJUK PELAKSANAAN TES DAN PENGUKURAN
1.      Pelaksanaan Pengukuran Anthropometrik
1)   Pengukuran Tinggi Badan
Alat yang diperlukan:
ü  Alat Pengukur Tinggi Badan /Pita Meteran
ü  Alat Pencatat
     Pelaksanaan:
Subjek diminta berdiri tegak dengan bersandar ke tembok pada punggungnya, kemudian tempelkan sebilah balok kecil (buku, kotak kayu, dll.) yang keras dan tegak lurus di atas kepala subjek sampai menyentuh kepala. Titik atau garis di mana balok itu menyentuh kepala, kemudian di ukur hingga ke lantai. Tentukan ukuran tinggi badan ini dalam centimeter.

2)   Mengukur Tinggi Duduk
Alat yang diperlukan:
ü  Meteran
ü  Kursi tanpa jok dan sandaran
Pelaksanaan:
Subjek diminta duduk di kursi yang diletakkan di dekat tembok, dengan menyandar tegak ke tembok di belakangnya. Tempelkan balok kecil di atas kepala subjek hingga menyentuh kepala. Titik atau garis di mana balok itu menyentuh kepala diukur hingga ke permukaan datar kursi terdekat. Tentukan ukuran tinggi duduk dalam centimeter.

3)   Mengukur Panjang Lengan
Alat yang diperlukan:
ü  Meteran
Pelaksanaan:
Subjek diminta berdiri tegak. Ukurlah panjang lengan dari ujung bahunya hingga ke ujung jarinya. Untuk pengukuran ini boleh dilakukan pada salah satu lengannya, atau kedua-duanya. Tentukan ukuran panjang lengan dalam centimeter.

4)   Panjang Tungkai
Alat yang diperlukan:
ü  Meteran
Pelaksanaan:
Subjek diminta berdiri tegak menyandar tembok di belakangnya. Mintalah subjek mengangkat salah satu kakinya, untuk mengetahui titik sudut dari kaki yang terangkat tersebut, dan tandai titik itu dengan tetap menyentuhkan tangan pengukur pada titik itu. Kemudian minta subjek mnurunkan kakinya kembali dan berdiri tegak kembali, tanpa melepaskan titik dimaksud. Ukurlah panjang tungkai dari titik sudut tungkai ke lantai dalam centimeter.

5)   Berat Badan
Alat yang diperlukan:
ü  Timbangan badan.
Pelaksanaan:
Mintalah subjek berdiri di atas timbangan, dengan hanya mengenakan pakaian yang tidak menambah berat, termasuk topi dan sepatu yang harus dilepas. Pengukur kemudian melihat dan mencatat berat badan subjek dari ukuran yang tertera pada timbangan tersebut. Catat ukuran berat badan dalam kilogram.

6)   Lebar Panggul
Alat yang diperlukan:
ü  Meteran
Pelaksanaan:
Subjek berdiri tegak menghadap ke petugas pengukur. Ukurlah lebar panggul anak dengan mengukur bagian ujung kiri dan ujung kanan panggul pada bonggol tulangnya yang menonjol. Tentukan ukuran lebar panggul ini dalam centimeter.

7)   Indek Berat Badan: Tinggi Badan
Alat yang diperlukan:
ü  Kalkulator
Pelaksanaan:
Setelah ukuran tinggi badan dan berat badan diketahui, maka untuk menentukan indek berat badan-tinggi badan adalah dengan membagi ukuran berat (dalam kilogram) oleh ukuran tinggi badan (dalam centimeter). Hasilnya adalah ukuran indek dari yang dimaksud, yang diambil dalam tiga desimal di belakang koma. Lakukan pembulatan sesuai ketentuan jika terdapat lebih dari tiga desimal di belakang koma.

b. Pengukuran Kualitas Fisik dan Motorik
1)   Push-Ups
Pelaksanaan:
Subjek diminta mengambil posisi telungkup di lantai, dengan kedua tangan diletakkan di samping dada, dengan siku mengarah ke atas, dada menyentuh lantai. Dari posisi tersebut, subjek diminta melakukan push ups hingga kedua lengannya lurus dan kembali ke posisi semula hingga dada menyentuh lantai kembali. Hitungan dimulai ketika posisi tumpu dengan kedua lengan lurus dicapai. Hitungan hanya dilakukan untuk push-ups yang memenuhi ketentuan. Lakukan sebanyak-banyaknya tanpa dibatasi waktu. Menghentikan gerakan pada posisi lengan lurus diperbolehkan dengan waktu istirahat yang tidak melebih 2 detik, sebanyak-banyaknya tiga kali.

2)   Pull-Ups
Alat yang diperlukan:
ü  Palang dalam ketinggian yang mencukupi, dengan diameter palang tidak lebih dari 4 centimeter (untuk putra) dan 5 centimeter (untuk putri).
Pelaksanaan:
Subjek menggantung pada palang dengan pegangan telapak tangan menghadap ke tubuh (atau anak diperbolehkan memilih). Dari posisi tersebut lakukan pull-ups hingga dagu melewati ketinggian palang dan segera turun kembali hingga posisi gantungan dengan kedua lengan lurus. Skornya adalah jumlah ulangan pull-ups yang dilakukan dengan benar secara maksimum.

3)   Angkat kaki ke tangan (Leg Lift to the bar)
Alat yang diperlukan:
ü  Palang dalam ketinggian yang mencukupi, dengan diameter palang tidak lebih dari 4 centimeter (untuk putra) dan 5 centimeter (untuk putri).

Pelaksanaan:
Subjek menggantung pada palang dengan pegangan bebas. Angkat kedua kaki hingga menyentuh palang tanpa terlebih dahulu mengayun atau melecutkan kaki ke belakang, dan kembali ke posisi menggantung. Lakukan sebanyak-banyaknya ulangan, dengan ketentuan memenuhi syarat di atas.

4)   Angkat Kaki 90 derajat selama 30 detik (Ritmik)
Alat yang diperlukan:
ü  Palang dalam ketinggian yang mencukupi, dengan diameter palang tidak lebih dari 4 centimeter.
Pelaksanaan:
Subjek menggantung pada palang dengan pegangan bebas. Dari posisi ini, angkat kedua kaki hingga membentuk sudut 90 dalam keadaan lurus, dan kembali ke posisi menggantung. Lakukan sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya, dalam batas waktu 30 detik.

5)   Standing Broad Jump
Alat yang diperlukan:
ü  Pita Meteran
ü  Tanda yang bisa dilekatkan ke lantai
ü  Kapur atau magnesium berwarna putih
Pelaksanaan:
Subjek berdiri dengan menempatkan ujung jari kakinya yang sudah dilumuri magnesium persis di belakang pita pembatas Dengan diawali mengayunkan kedua lengannya ke belakang dan membengkokkan kedua lututnya tanpa berpindah tempat, subjek segera melakukan lompatan ke depan sejauh-jauhnya dan mendarat tanpa jatuh ke lantai. Segera ukur jarak lompatan, dari mulai ujung pita terjauh hingga ke bekas pendaratan terdekat. Tentukan ukuran dalam centimeter. Subjek diberi kesempatan melakukan lompatan sebanyak tiga kali, dengan hasil terbaik yang diambil.

6)   Vertical Jump (Ritmik)
Alat yang diperlukan:
ü  Meteran yang keras
ü  Kapur atau magnesium
Pelaksanaan:
Subjek berdiri menyamping ke tembok, dengan terlebih dahulu memberi tanda ketinggian jangkauannya pada saat berdiri di tembok. Kemudian dengan mengambil ancang-ancang, anak diminta melompat ke atas dan menjangkaukan kembali lengannya ke tembok sehingga tertinggal tandanya secara jelas. Ukurlah ketinggian lompatan anak dari mulai ketinggian jangkauan berdirinya hingga ke ketinggian jangkauan lompatannya. Tentukan ukuran dalam centimeter. Subjek diberi kesempatan melakukan lompatan sebanyak tiga kali, dengan hasil terbaik yang diambil.

7)   Membungkukkan Tubuh (Body Bent)
Alat yang diperlukan:
ü  Pita meteran
ü  Bangku untuk berdiri
Pelaksanaan:
Subjek diminta berdiri di atas bangku atau kursi yang sudah dipasangi meteran ke bawahnya. Bungkukkan badan, tanpa membengkokkan lutut, dan jangkaukan jari-jari tangan ke bawah sejauh mungkin, dengan kedua tangan saling bertumpang tindih dalam posisi sejajar. Tandai hasil jangkauan tersebut, dan tentukan panjang jangkauan dalam centimeter. Semakin jauh semakin baik.

8)   Kayang (Bridge)
Alat yang diperlukan:
ü  Pita meteran
ü  Matras


Pelaksanaan:
Subjek diminta melakukan kayang atau sikap jembatan, dengan sikap lengan lurus dan kedua lutut rapat dan lurus dengan tumit menyentuh lantai. Jarak yang diukur adalah dari tumit ke ujung jari tangan terdekat. Tentukan ukuran dalam centimeter.

9)   Split atau Kaki Kangkang depan
Alat yang diperlukan:
ü  Pita meteran
ü  Matras
Keterangan:
Split yang diminta adalah sikap buka kaki kangkang dalam dua sikap yang berbeda, yaitu (1) sikap split dengan kaki kiri atau kaki kanan di depan, (keduanya disebut split depan, pilih yang terbaik) dan (2) sikap split dengan membuka kedua kaki ke kedua sisi tubuh (disebut split samping).
Pelaksanaan:
Dengan membuka kaki ke depan atau ke samping, subjek mencoba mencapai sikap kangkang selebar mungkin hingga dapat menyentuhkan kedua pangkal pahanya ke lantai, tanpa menekuk lutut atau bagian kaki sedikitpun. Semakin dekat jarak kedua pangkal paha ke lantai semakin baik, dengan skor terbaik adalah 0 (0) dalam centimeter. Untuk kaki split depan, jarak yang diukur adalah bagian pangkal paha dari kaki depan ke lantai. Sedangkan pada split samping, jarak yang ditentukan adalah jarak titik tengah kedua pangkal paha ke lantai.
Cara menetukan skor:
Tentukan skor untuk masing-masing split dalam satuan centimeter, dan hasil dihitung masing-masing.

10)    Shoulder Flexibility (Kelentukan Bahu)
Alat yang diperlukan:
ü  Pita meteran
ü  Tongkat atau tali yang cukup besar
Pelaksanaan:
Sikap awal, subjek berdiri dengan memegang tongkat atau tali yang disediakan dengan kedua tangan dengan lengan lurus di depan dada, dalam jarak tertentu. Ukurlah jarak pegangan kedua tangan tersebut tersebut terlebih dahulu, walaupun belum dicatat. Dengan pegangan tersebut, subjek diminta mengangkat kedua lengannya ke atas belakang, dan dalam sikap lengan tetap lurus, subjek harus berhasil menempatkan kedua lengannya di belakang badan (inlocate). Kemudian kembali ke posisi semula (dislocate ke posisi netral lagi) dengan cara yang sama dalam arah sebaliknya. Jarak di mana pesenam berhasil melakukan inlocate dan dislocate dengan memegang tongkat tadi diukur dalam satuan centimeter dan menjadi skor fleksibitas bahunya. Untuk pengukuran ini, pesenam diperbolehkan mencoba beberapa jarak yang diperkirakan sesuai bagi dirinya, atau dilakukan secara berulang-ulang untuk menentukan jarak yang tepat, hingga dirinya tidak mampu lagi melakukannya. Semakin kecil jarak kedua pegangan tangan, semakin baik skornya.

11)    Sprint 20 meter
Alat yang diperlukan:
ü  Stopwatch
ü  Ruang yang mencukupi untuk melakukan sprint sepanjang 20 meter (dengan perhitungan terdapat jarak untuk deselerasi).
ü  Tanda untuk menandai batas start dan finish.
ü  Bendera untuk starter
Pelaksanaan:
Untuk melaksanakan tes ini sedikitnya diperlukan dua orang petugas, satu untuk menjadi starter dan satu lagi untuk timer. Subjek lari secepat-cepatnya dalam jarak 20 meter dengan start berdiri. Waktu tempuh diukur dari ketika bendera starter mulai bergerak, sampai ketika togok subjek menyentuh bidang tegak (maya) garis finish. Ukuran waktu dalam satuan detik.

12)    Keseimbangan 1 (Jingjit dua kaki, pejamkan mata)
Alat yang diperlukan:
ü  Stopwatch
Pelaksanaan:
Anak diminta berdiri dengan kedua kakinya dalam posisi tegak. Kemudian minta anak memejamkan kedua matanya, dan pada saat bersamaan diminta menjingjitkan kakinya, dan segera mengangkat kedua lengannya lurus ke atas. Ukurlah lamanya ia berhasil mempertahankan posisinya dalam keadaan mata terpejam, dengan stopwatch.
Ketidakseimbangan yang besar atau berubahnya posisi jingjit secara nyata merupakan akhir dari posisi yang diminta. Ukur dalam detik.

13)    Keseimbangan 2 (Jingjit satu kaki, lengan terentang ke samping, pejamkan mata)
Ketentuannya sama dengan test nomor 12, kecuali kaki yang berjingjit hanya satu kaki, kaki lainnya di angkat di saamping kaki yang lain, serta posisi lengan yang direntangkan ke samping.

14)    Koordinasi Umum (Ritmik)
Alat yang diperlukan:
ü  Sebuah lingkaran berdiameter 1 meter yang sudah ditandai sudut-sudutnya, dengan dibagi menjadi empat area, yaitu area 90, area 180, area 270, dan area 360.
Pelaksanaan:
Anak diminta berdiri di tengah lingkaran dalam posisi netral. Kemudian ia bersiap-siap untuk melakukan lompatan berputar, dan segera melakukannya. Yang harus diperhatikan oleh tester adalah, seberapa banyak putaran ia berhasil melakukannya sampai ia mendarat kembali ke posisi berdiri. Tentukan apakah putaran yang dilakukan sebesar 90, 180, 270, 360, atau lebih dari 360. Tentukan secara pasti dilihat dari bagaimana posisi kaki anak tersebut ketika mendarat.

15)    Koordinasi
Alat yang diperlukan:
ü  Tidak ada yang khusus, kecuali tugas gerak yang akan disertakan dalam lampiran ini.
Keterangan:
Untuk pengetesan kemampuan koordinasi, tim peneliti menggunakan tes koordinasi yang digunakan secara resmi di Bulgaria (Hadjiev dan Andonov, 1991). Tes ini terdiri dari tugas untuk mengikuti gerakan instruktur secara benar, setelah diberi kesempatan untuk melihat gerakan tersebut terlebih dahulu sebanyak dua kali. Tesnya terdiri dari 4 gerakan, yang masing-masing terdiri dari serangkaian gerak. Lakukan setiap rangkaian sebanyak 3 kali, dan dihitung jumlah kesalahannya.


KESIMPULAN DARI PEMANDUAN BAKAT GYMNASTICS
Senam atau Gymnastics menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa terjadi karena teknologi pembuatan bahan pakaian belum semaju sekarang, sehingga belum memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya.
Pembinaan sejak dini melalui program pembibitan terstruktur dan berkesinambungan, dengan konsep yang tepat menjadi sebuah tuntutan pada olahraga prestasi. Pembinaan prestasi sejak awal perlu dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip pembinaan jangka panjang, sistematis dan berorientasi pada sasaran. Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting dalam pembinaan prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem pembinaan olahraga prestasi. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian prestasi tidak akan tercapai. Sistem pembibitan adalah cara yang terbaik untuk membentuk pondasi yang kuat, menuju ketahap selanjutnya yaitu spesialisasi secara berkelanjutan sampai tahap prestasi tinggi. Cabang-cabang olahraga memiliki karakter dan spesifikasi masing-masing, sehingga perlu adanya perpaduan antara test umum dan spesialisasi dalam pemanduan bakat. Peranan alat test terasa kurang jika tidak dikombinasi dengan hasil pengamatan pelatih yang berpengalaman. Cabang olahraga terukur sering mengalami kesalahan dalam pemanduan bakat. Kesalahan terjadi sebagian besar karena anak-anak yang diukur sudah mendapat latihan khusus, sehingga hasilnya lebih baik dari anak yang belum mendapat sentuhan latihan. Peranan test umum dan khusus yang dikombinasikan diharapkan dapat menghasilkan anak-anak yang berbakat, sehingga pembinaan prestasi dapat mendapatkan hasil sampai prestasi tinggi.
Menurut Bouchard (Agus Mahendra, 2002:7) variansi yang bersifat bawaan ini dikelompokkan menjadi yang bersifat morfologis (antropometrik), organis dan fisiologis (kualitas fisik), perseptual dan neuromuscular (kualitas motorik), dan tak kalah pentingnya aspek sosio-psikologis (mental-psikologis). Aspek-aspek tersebut akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi seorang atlet pada puncak penampilannya. Sedangkan menurut brown (2001:175), USA gymnastics memiliki salah satu program indentifikasi bakat secara umum meliputi lari 20 meter, push up, pull up, leg lift, splits, active shoulder flexibility, dan vertical jump. Menurut Dr. Sands dalam Brown (2001: 175) menyebutkan yang paling mungkin untuk mencapai keberhasilan yang luar biasa dalam bakat olahraga adalah mereka yang mencapai persentil ke 80 atau lebih untuk masing-masing test. Identifikasi bakat pada anak dapat dilakukan pada anak yang berusia 9-10 tahun sampai 14 tahun.
Dengan demikian pemanduan bakat olahraga gymnastics memiliki sejumlah item identifikasi yang kompleks, sehingga tidak dapat dikatakan hanya memiliki beberapa item identifikasi.












DAFTAR PUSTAKA

Bompa Tudor O. (1990), Theory And Methodology of Training: The Key to Athletic Performance. Dubuque. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.
Brown, Jim. (2001). Sports Talent; How to identify and develop outstanding athletes. United State of America: Human Kinetics

Mahendra. (2002). Pemanduan bakat olahraga senam.. Diakses tanggal 25 Maret 2015.

Pranatahadi, dkk. (2010). Pengembangan instruktur senam bagi masyarakat sekitar kampus uny wates kulonprogo. Laporan kegiatan ppm program prioritas bidang.  Diakses tanggal 25 Maret 2015.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar