PEMANDUAN
BAKAT OLAHRAGA GYMNASTICS
Oleh: Margi Asih S.Pd.
ABSTRAK
Senam atau Gymnastics
menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak
sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa
terjadi karena teknologi pembuatan bahan pakaian belum semaju sekarang,
sehingga belum memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti
gerak pemakainya.
Bompa, (1990) menyatakan di negara barat identifikasi
calon atlet bukanlah merupakan suatu konsep baru dalam bidang olahraga,
meskipun kegiatan identifikasi calon atlet ini belum banyak dikerjakan secara
formal. Permasalahan
yang dihadapi sekarang adalah bagaimana cara untuk dapat menelusuri, memantau
dan menemukan, atau mengidentifikasi terhadap atlet-atlet yang memiliki bakat
unggul dalam olahraga pada usia dini. Kemudian setelah menemukan bibit-bibit
atlet yang berbakat itu bagaimana untuk sekanjutnya dikembangkan atau diadakan
pembinaannya terhadap bibit-bibit atlet yang berbakat itu agar nantinya dapat
menjadi atlet atau olahragawan yang berprestasi tinggi. Mengidentifikasi anak
yang memiliki bakat senam dapat dilakukan pada anak berumur 9 atau 10 tahun
sampai 14 tahun.
Menurut Dr.
Sands dalam Brown (2001: 175) menyebutkan yang paling mungkin untuk mencapai
keberhasilan yang luar biasa dalam bakat olahraga adalah mereka yang mencapai
persentil ke 80 atau lebih untuk masing-masing test. Berikut adalah test
identifikasi bakat gymnastics yang dilakukan di USA meliputi lari 20 meter, push up, pull up, leg lift, splits, active
shoulder flexibility, dan vertical
jump.
Kata kunci: gymnastics, pemanduan bakat olahraga, identifikasi bakat anak.
PENDAHULUAN
Permasalahan mengenai bakat pada dewasa ini telah menjadikan
suatu pembicaraan yang dapat mengundang berbagai pihak yang terkait. Sampai
saat ini belum ada kesepakatan yang mantap tentang atlet berbakat, dan
bagaimana cara untuk mendapatkan atlet yang berbakat itu secara dini. Hal ini
telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak, antara lain dilakukan dengan
melalui forum-forum pertemuan. Baik pada pertemuan bersifat ilmiah dalam bidang
olahraga, lokakarya, maupun dalam pertemuan dari para wakil organisasi
keolahragaan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan dalam penentuan bakat
tersebut. Seluruh jumlah (populasi) mengenai calon
atlet berbakat usia dini sebagian besar berada pada lingkungan lembaga
pendidikan, yaitu pada jenjang lembaga dasar, mulai dari sekolah dasar sampai
sekolah menengah tingkat pertama. Hal ini tidak berarti bahwa diluar lingkup
lembaga pendidikan tidak ada calon atlet yang memiliki bakat. Namun jika
melihat dari segi praktisnya, bahwa pada saat ini untuk mendapatkan bibit-bibit
atlet berbakat akan lebih mudah ditemukan disekolah-sekolah. Permasalahan yang
dihadapi sekarang adalah bagaimana cara untuk dapat menelusuri, memantau dan
menemukan, atau mengidentifikasi terhadap atlet-atlet yang memiliki bakat
unggul dalam olahraga pada usia dini. Kemudian setelah menemukan bibit-bibit
atlet yang berbakat itu bagaimana untuk selanjutnya dikembangkan atau diadakan
pembinaannya terhadap bibit-bibit atlet yang berbakat itu agar nantinya dapat
menjadi atlet atau olahragawan yang berprestasi tinggi.
Pembinaan olahraga prestasi memerlukan waktu yang lama
sampai atlet meraih prestasi puncak. Pembinaan sebaiknya dimulai sejak dini,
sehingga atlet memiliki dasar kuat untuk mencapai dan mempertahankan prestasi
puncak. Usia dini dalam olahraga berbeda-beda sesuai dengan karakter cabang
olahraganya. Pembinaan sejak dini melalui program pembibitan terstruktur dan
berkesinambungan, dengan konsep yang tepat menjadi sebuah tuntutan pada
olahraga prestasi. Pembinaan prestasi sejak awal perlu dikelola dengan baik dan
benar sesuai dengan prinsip pembinaan jangka panjang, sistematis dan
berorientasi pada sasaran. Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting
dalam pembinaan prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem
pembinaan olahraga prestasi. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka
tahap pencapaian prestasi tidak akan tercapai. Sistem pembibitan adalah cara
yang terbaik untuk membentuk pondasi yang kuat, menuju ketahap selanjutnya
yaitu spesialisasi secara berkelanjutan sampai tahap prestasi tinggi.
Cabang-cabang olahraga memiliki karakter dan spesifikasi
masing-masing, sehingga perlu adanya perpaduan antara test umum dan
spesialisasi dalam pemanduan bakat. Peranan alat test terasa kurang jika tidak
dikombinasi dengan hasil pengamatan pelatih yang berpengalaman. Cabang olahraga
terukur sering mengalami kesalahan dalam pemanduan bakat. Kesalahan terjadi
sebagian besar karena anak-anak yang diukur sudah mendapat latihan khusus,
sehingga hasilnya lebih baik dari anak yang belum mendapat sentuhan latihan. Peranan
test umum dan khusus yang dikombinasikan diharapkan dapat menghasilkan
anak-anak yang berbakat, sehingga pembinaan prestasi dapat mendapatkan hasil
sampai prestasi tinggi.
Seleksi atau pemilihan pesenam berbakat sudah menjadi isu
sejak lama dalam olahraga senam kompetitif. Tidak mengherankan, negara-negara
maju seperti Rusia, Romania, Bulgaria, dan Cina, sangat berkepentingan dengan
proses penyeleksian, karena sangat berkaitan dengan kepastian bahwa anak yang
terpilih harus mampu menjalani latihan yang sangat spartan, dan diyakini akan
menunjukkan prestasi terbaik pada usia-usia emasnya. Oleh karena itu proses
seleksi/pemanduan bakat ini pun berkaitkan erat pada usia anak yang ideal untuk
memulai latihan senam, serta usia puncak ketika anak sedang berada dalam
prestasi topnya. Selanjutnya selain usia, Hadjiev & Andonov (Mahendra &
dkk 2002: 3) mengemukakan bahwa terdapat empat standard dalam penyeleksian
untuk memilih calon pesenam berbakat, yang sudah dibakukan dan diterapkan di
Bulgaria dan beberapa negara Eropah Timur sejak lama. Keempat standard tersebut
adalah:
a. Kecenderungan
struktur anatomi,
b. Kecenderungan
fungsional,
c. Kecenderungan
koordinasi motorik, dan
d. Kecenderungan
psiko-intelektual.
Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan, dengan proses seleksi yang baik akan dapat dipastikan bahwa anak
yang terpilih adalah anak-anak yang berbakat, terutama dilihat dari segi
morfologis, fisiologis, kemampuan gerak, serta psikologisnya pada usia yang
tepat sesuai cabang olahraga yang akan ditekuni (senam).
SENAM ATAU GYMNASTICS
Gymnastics
sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan kata dari bahasa Yunani, gymnos,
yang berarti telanjang. Senam
yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga,
merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics, atau
Belanda Gymnastiek. Senam atau Gymnastics menunjukkan
kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu
dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa terjadi karena
teknologi pembuatan bahan pakaian belum semaju sekarang, sehingga belum
memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya.
Imam
Hidayat (Mahendra, 2002: 8) memberikan pedoman untuk memperjelas pengertian
senam sebagai berikut:
Gambar 1. Unsur-unsur senam.
Menurut
Hidayat dalam Mahendra (2002:9) menyebutkan bahwa jika suatu kegiatan fisik
mengandung salah satu atau gabungan dari ketiga unsur di atas, kegiatan itu
bisa dikelompokkan sebagai senam. Berikut penjelasan mengenai tumbling,
akrobatik, dan kalestenik.
a)
Kalestenik
Calesthenic
berasal dari kata Yunani (Greka),
yaitu Kalos yang artinya indah dan Stenos yang artinya kekuatan. calesthenic bisa diartikan sebagai
kegiatan memperindah tubuh melalui latihan kekuatan. Maksudnya adalah latihan
tubuh (baik memakai alat maupun tanpa alat) untuk meningkatkan keindahan tubuh.
Dalam bahasa Inggris, calesthenic diartikan sebagai free exercises dan
dalam bahasa Jerman disebut frei ubungen. Lalu dalam bahasa Indonesia
disebut kalestenik yang diartikan sebagai kegiatan atau latihan fisik
untuk memelihara atau menjaga kesegaran jasmani (senam pagi, senam kesegaran
jasmani), meningkatkan kelentukan dan keluwesan, serta memelihara teknik dasar
dan keterampilan.
b)
Tumbling
Tumbling berasal dari kata tombolon (bahasa italia), tommelen
(Belanda), tomber (Perancis) yang
artinya melompat disertai melenting dan berjungkir balik secara berirama. Kata
tumbling dan kata akrobatik sering dipertukarkan, sehingga dianggap tidak ada
perbedaan di antara keduanya. Padahal, tumbling dan akrobatik memiliki arti
ketangkasan dalam arti yang berbeda. Tumbling adalah gerakan yang cepat dan
eksplosif dan merupakan gerak yang pada umumnya dirangkaikan pada satu garis
lurus. Adapun cirinya adalah: adanya
unsur melompat, melayang bebas di udara dan dilakukan dengan cepat. Contoh
dari tumbling adalah kip, handspring, atau salto.
c)
Akrobatik
Akrobatik bisa diartikan sebagai keterampilan yang pada
umumnya menonjolkan fleksibilitas gerak dan balansing (keseimbangan) dengan
gerakan yang agak lambat. Contohnya adalah chestroll,
walkover, backover, atau gerakan-gerakan seperti posisi bertahan seperti handstand dan press.
Dengan
demikian senam merupakan suatu latihan tubuh yang terpilih dan dikonstruk
dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, serta disusun secara sistematis yang mengandung
unsur-unsur gerak kalestenik, tumbling, dan akrobatik dengan tujuan peningkatan
kualitas fisik serta penguasaan pengontrolan gerak.
JENIS-JENIS
SENAM
Berikut merupakan pengelompokkan senam yang dilakukan oleh
FIG (Federation Internationale de
Gymnastique) yang di-Indonesiakan menjadi Federasi Senam Internasional.
Menurut FIG, senam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:
a.
Senam artistik (artistic
gymnastics)
b.
Senam ritmik sportif (sportive
rhythmic gymnastics)
c.
Senam akrobatik (acrobatic
gymnastics)
d.
Senam aerobik sport (sports
aerobics)
e.
Senam trampolin (trampolinning)
f.
Senam umum (general
gymnastics).
Senam
artistik
diartikan sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk
mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada
alat-alat sebagai berikut:
Artistik
Putra:
a.
Lantai (Floor
Exercises)
b.
Kuda Pelana (Pommel
Horse)
c.
Gelang-gelang (Rings)
d.
Kuda Lompat (Vaulting
Horse)
e.
Palang Sejajar (Parallel
Bars)
f.
Palang Tunggal (Horizontal
Bar).
Artistik
Putri:
a.
Kuda Lompat (Vaulting
Horse)
b.
Palang Bertingkat (Uneven
Bars)
c.
Balok Keseimbangan (Balance
Beam)
d.
Lantai (Floor
Exercises)
Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan
serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai
posisi. Gerakan-gerakan tumbling digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan
secara terkontrol, mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa
keindahan.
Senam
ritmik
sportif adalah senam yang dikembangkan dari senam irama sehingga dapat
dipertandingkan. Komposisi gerak yang diantarkan melalui tuntunan irama musik
dalam menghasilkan gerak-gerak tubuh dan alat yang artistik, menjadi ciri dari
senam ritmik sprotif ini. Adapun alat-alat yang digunakan adalah:
a.
Bola (ball)
b.
Pita (Ribbon)
c.
Tali (Rope)
d.
Simpai (Hoop)
e.
Gada (Clubs).
Senam Akrobatik adalah
senam yang mengandalkan akrobatik dan tumbling, sehingga latihannya banyak
mengandung salto dan putaran yang harus mendarat di tempat-tempat yang sulit.
Misalnya mendarat di atas tangan pasangan atau di bahunya. Senam akrobatik
biasanya dilakukan secara tunggal dan berpasangan. Senam ini, bersama sama
dengan senam trampolin dan sports
aerobics, baru masuk ke dalam jajaran organisasi senam di bawah FIG pada
tahun 1996, pada Kongres FIG di Atlanta Olympic Games, USA.
Senam Trampolin merupakan
pengembangan dari satu bentuk latihan yang dilakukan di atas trampolin.
Trampolin adalah sejenis alat pantul yang terbuat dari rajutan kain yang
dipasang pada kerangka besi berbentuk segi empat, sehingga memiliki daya pantul
yang sangat besar. Pada mulanya penggunaan trampolin ini hanya untuk membantu
penguasaan keterampilan akrobatik untuk senam artistik atau untuk para peloncat
indah. Namun, karena latihannya memang menarik, akhirnya dikembangkan menjadi
suatu latihan yang dipertandingkan.
Sports
Aerobics merupakan pengembangan dari senam aerobik. Agar pantas
dipertandingkan, latihan-latihan senam aerobik yang berupa tarian atau
kalistenik tertentu digabung dengan gerakan-gerakan akrobatik yang sulit. Sports aerobics saat ini
mempertandingkan empat kategori, yaitu: single putra, single putri, pasangan
campuran, dan trio.
Senam umum adalah segala jenis senam di luar
kelima jenis senam di atas. Senam-senam seperti senam aerobik, senam pagi, SKJ,
senam wanita, ansebagainya, termasuk ke dalam senam umum.
KARAKTERISTIK
DAN STRUKTUR GERAK SENAM
Senam merupakan cabang olahraga yang dicirikan oleh
keterampilan gerak yang sangat unik. Dilihat dari taksonomi gerak umum, senam
bisa secara lengkap diwakili oleh gerak-gerak dasar yang membangun pola gerak
yang lengkap, dari mulai pola gerak lokomotor, nonlokomotor, sekaligus
manipulatif.
a. Keterampilan
lokomotor
Lokomotor diartikan sebagai gerak
berpindah tempat, seperti jalan, lari, lompat, berderap, beringkat, leaping,
skipping, dan sliding. Pada senam, gerak-gerak di atas sangat penting
digunakan, karena hakikatnya hampir seluruh keterampilan atau gerakan senam
merupakan gerak lokomotor, seperti kip,
handspring, baling-baling, atau flic-flac. Gerak lokomotor dalam senam
terutama sangat diperlukan untuk menambah momentum horizontal, seperti berlari
pada saat melakukan awalan. Gerak awalan ini diperlukan karena sebagian daya
yang diperoleh dari adanya momentum ini digunakan untuk menyempurnakan gerak
keterampilan senam itu sendiri. Untuk bisa memperoleh daya yang kuat, pesenam
harus mengkontraksikan otot-ototnya untuk mengerahkan daya internal, yang
kemudian digabungkan dengan daya eksernal yang bisa jadi dihasilkan dari alat
yang dipakai, misalnya papan tolak. Melatih macam-macam keterampilan lokomotor sangat
berguna dalam menanamkan dasar pembentukan keterampilan senam, sehingga
harapannya adalah anak akan dapat memahami gerak dasar senam.
b.
Keterampilan nonlokomotor
Keterampilan
nonlokomotor adalah gerak yang tidak berpindah tempat, mengandalkan ruas-ruas
persendian tubuh yang membentuk posisi-posisi berbeda yang tetap tinggal di
satu titik. Contoh-contoh gerakan nonlokomotor adalah melenting, meliuk,
membengkok, dan sebagainya. Pada senam, keterampilan nonlokomotor banyak
dipakai dalam gerak-gerak kalestenik, terutama yang berkaitan dengan
pengembangan kelentukan. Demikian juga dengan sikap-sikap bertumpu dan
keseimbangan statis, yang tidak perlu berpindah tempat. Justru dalam senam lah
gerak-gerak nonlokomotor lebih banyak mendapat penekanan, karena berhubungan dengan
penguasaan ketrampilan. Manfaat dari gerak-gerak nonlokomotor ini, proses
pelatihan senam perlu ditekankan pada upaya mengembangkan kekuatan, kelentukan
dan keseimbangan.
c. Keterampilan manipulatif
Keterampilan manipulatif sering
diartikan sebagai kemampuan untuk memanipulasi objek tertentu dengan anggota
tubuh: tangan, kaki, atau kepala. Keterampilan yang termasuk ke dalamnya
diantaranya adalah menangkap, melempar, memukul, menendang, mendribling, dan
sebagainya. Pada senam artistik, keterampilan ini jarang ditemui, kecuali bahwa
beberapa alat perlu dipegang dengan tangan dan pesenam bermain-main di atasnya,
tetapi dalam senam ritmik, keterampilan manipulatif seolah menjadi ciri
utamanya. Semua alat senam ritmik: bola, tali, pita, gada, dan simpai, keterampilannya
didasarkan pada kemampuan memanipulasi semua alat itu, apakah dilemparkan
kemudian ditangkap lagi, diputar, diayun, dipuntir, digelindingkan, dan banyak
lagi, baik oleh tangan, oleh badan, bahkan oleh kaki sekalipun.
PEMANDUAN
BAKAT GYMNASTICS
Prestasi penampilan senam dipengaruhi oleh dua hal yaitu
yang bersumber dari lingkungan (sifatnya
berubah-ubah: variable) dan penentu yang bersumber dari diri pesenam sendiri (sifatnya relatif menetap:
invariant). Model konseptual ini mencoba memperhitungkan variansi penampilan
yang dipengaruhi oleh lingkungan dan bawaan serta interaksi dari keduanya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa penentu lingkungan memainkan peranan
yang sangat penting dalam prestasi senam, namun yang lebih penting lagi adalah
faktor bawaan pesenam. Menurut Bouchard (Agus Mahendra, 2002:7) variansi yang
bersifat bawaan ini dikelompokkan menjadi yang bersifat morfologis
(antropometrik), organis dan fisiologis (kualitas fisik), perseptual dan
neuromuscular (kualitas motorik), dan tak kalah pentingnya aspek
sosio-psikologis (mental-psikologis). Berdasarkan
berbagai pendapat tersebut, maka dalam pemanduan bakat olahraga senam diperlukan
pengkajian secara teoritis. Aspek-aspek tersebut akan berpengaruh terhadap
pencapaian prestasi seorang atlet pada puncak penampilannya. Berikut adalah
aspek-aspek yang terkait yaitu:
a)
Usia ideal pemanduan
Secara
fisiologis, usia dini anak-anak ini diyakini merupakan usia ideal untuk memulai
latihan senam yang banyak menekankan pada unsur kelentukan dan kekuatan, karena
tubuh anak masih sangat fleksibel dan masih terbuka kemungkinan untuk
terjadinya perubahan struktur serabut otot dalam tubuhnya akibat latihan. Menurut
Brown (2001:170), pada usia 9 atau 10 tahun dapat dikenali anak memiliki bakat
fisik untuk menjadi pesenam.
b)
Aspek morfologis/struktur anatomi
Senam dianggap memiliki struktur fisik atau postur tubuh
yang khusus, yang umumnya berbeda dari atlet cabang olahraga lain. Olahraga
senam banyak menuntut atletnya untuk memiliki tubuh yang ringan, karena
berkaitan dengan tuntutan gerak keterampilannya yang perlu dilakukan dengan
cepat serta perlunya mempertahankan posisi tubuh dalam sikap-sikap yang tidak
umum. Menurut Brown (2001:171) salah satu pelatih mengatakan memiliki tubuh
yang kecil akan lebih memudahkan untuk melakukan flip dan memutar daripada
badan besar.
c)
Aspek organis dan fisiologis
Aspek organis dan fisiologis seorang atlet berhubungan
dengan kualitas komponen kebugaran tubuh, seperti dalam hal daya tahan,
kekuatan, power, kelentukan, serta kecepatan, karena komponen-komponen tersebut
terkait erat dengan kualitas organis dan fisiologis atlet. Secara umum, kelima
aspek di atas menyumbang secara dominan terhadap keberhasilan penampilan
pesenam dalam seluruh alat. Hal ini sependapat dengan Eaton dalam Brown
(2001:170), kualitas fisik yang berfungsi sebagai dasar bakat senam yaitu, speed, strength, quickness, dan flexibility.
d)
Aspek kualitas motorik
Menurut Agus Mahendra (2002: 15), dalam olahraga
senam diperlukan kemampuan motorik (motor ability), seperti di bawah ini untuk dapat sukses yaitu:
a.
Control precision: kemampuan yang
mendukung tercapainya penghasilan respons gerak secara cepat dan cermat, yang
dilakukan oleh sekumpulan otot atau segmen tubuh yang relatif besar.
b.
Multi-limb coordination: kemampuan yang
mendukung tugas yang membutuhkan koordinasi anggota tubuh dalam keadaan
bergerak secara simultan, seperti dua tangan, dua kaki, atau tangan dan kaki.
c.
Response orientation: kemampuan yang
mendukung tugas gerak yang membutuhkan kecepatan orientasi dalam penentuan
alternatif pola gerak yang akan dibuat dan berkaitan dengan kemampuan memilih
respons yang benar dalam kondisi yang sangat mendesak.
d.
Reaction time: kemampuan yang
menyokong tugas yang memerlukan kecepatan memberikan respons cepat atas
stimulus yang muncul tanpa terduga, sehingga harus bereaksi secepat mungkin.
Dalam lingkup teori pengolahan informasi, waktu reaksi ini sebenarnya
merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung melalui tahapan
tertentu, dari mulai mengenali rangsang yang datang, memilih respons yang
tepat, hingga memprogram respons dalam bentuk gerak sebagai outputnya.
e.
Speed of Arm Movement : kemampuan yang
mendukung tugas di mana anggota tubuh harus digerakkan dari satu tempat ke
tempat lain dengan kecepatan tinggi. Postural discrimination : kemampuan
yang mendukung tugas di mana subyek harus merespons secara cepat terhadap
perubahan gerak penting dalam tubuh dalam keadaan tidak ada unsur penglihatan
yang terlibat untuk melakukan penyesuaian badan secara cermat.
f.
Respons integration : kemampuan yang
menyokong tugas di mana subyek harus memanfaatkan dan menerapkan petunjuk
penting yang bersifat sensoris dari beberapa sumber ke dalam satu respons
tunggal yang terpadu.
g.
Arm-Hand steadiness : Kemampuan yang
mendukung tugas di mana seseorang harus mampu menahan lengannya secara stabil
dan seimbang.
h.
Visual acquity: kemampuan yang
mendukung tugas yang dilaksanakan dengan memanfaatkan ketajaman pandangan mata
dalam mengamati objek atau perubahan yang terjadi di lingkungan untuk segera
direspons dengan tindakan yang tepat.
e)
Aspek psikologis.
Menurut Brown (2001:171), pelatih senam menyebutkan bahwa
agresivitas dan keberanian merupakan hal penting untuk kesuksesan pesenam.
IDENTIFIKASI BAKAT GYMNASTICS
USA gymnastics memiliki
salah satu program indentifikasi bakat secara umum meliputi lari 20 meter, push up, pull up, leg lift, splits, active
shoulder flexibility, dan vertical
jump. Menurut Dr. Sands dalam Brown (2001: 175) menyebutkan yang paling
mungkin untuk mencapai keberhasilan yang luar biasa dalam bakat olahraga adalah
mereka yang mencapai persentil ke 80 atau lebih untuk masing-masing test.
Berikut adalah test identifikasi bakat gymnastics yang dilakukan di USA:
a.
Lari sprint 20 meter
Girls 10-14 years
|
percentile
|
3,24
|
20%
|
3,14
|
50%
|
3,08
|
70%
|
3,04
|
80%
|
b.
Push up (dilakukan dalam
10 detik)
Girls 10-14 years
|
percentile
|
11
|
20%
|
12
|
50%
|
13
|
70%
|
14
|
80%
|
c.
Pull up (dilakukan dalam
10 detik)
Girls 10-14 years
|
percentile
|
4
|
20%
|
5
|
50%
|
6
|
70%
|
7
|
80%
|
d.
Leg lifts (dilakukan
dalam 10 detik)
Girls 10-14 years
|
percentile
|
5
|
20%
|
6
|
50%
|
6
|
70%
|
7
|
80%
|
e.
Splits-left and right
Girls 10-14 years
|
percentile
|
8,0
|
20%
|
10,9
|
50%
|
12,8
|
70%
|
13,9
|
80%
|
f.
Active shoulder
flexibility
Girls 10-14 years
|
percentile
|
14,1
|
20%
|
17,6
|
50%
|
19,7
|
70%
|
21,0
|
80%
|
g.
Vertical jump
Girls 10-14 years
|
percentile
|
16,2
|
20%
|
18,1
|
50%
|
19,2
|
70%
|
19,9
|
80%
|
INSTRUMENT PEMANDUAN BAKAT GYMNASTICS
Pemanduan
bakat tidak akan pernah lepas dari suatu intrumen atau alat ukur untuk menilai
tingkat keberbakatan anak terhadap suatu bidang olahraga, berikut merupakan
salah satu bentuk instrunem pemanduan bakat olahraga senam artistik dan ritmik
oleh Agus Mahendra dkk (2002):
1. Parameter Antropometri
a. Usia 6 tahun (Senam Artistik)
Pesenam
artistik putra usia 6 tahun
TINGGI BERDIRI (CM)
|
110 - 114
|
TINGGI DUDUK (CM)
|
58 - 60
|
PANJANG LENGAN (CM)
|
47 - 48.6
|
PANJANG TUNGKAI (CM)
|
61 - 63.5
|
DIAMETER PANGGUL (CM)
|
18 - 19.5
|
BERAT BADAN (KG)
|
16 - 19.5
|
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
|
.45 - .175
|
Pesenam artistik putri usia 6 tahun
TINGGI BERDIRI (CM)
|
106 - 114
|
TINGGI DUDUK (CM)
|
58.5 - 60
|
PANJANG LENGAN (CM)
|
47.3 - 48.7
|
PANJANG TUNGKAI (CM)
|
61.1 - 63.8
|
DIAMETER PANGGUL (CM)
|
17.9 - 18.5
|
BERAT BADAN (KG)
|
16 - 19
|
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
|
.150 - .180
|
b. Usia 7 tahun (Senam Artistik)
Pesenam
artistik putra usia 7 tahun
TINGGI BERDIRI (CM)
|
116 - 122
|
TINGGI DUDUK (CM)
|
62 - 65
|
PANJANG LENGAN (CM)
|
50 - 53
|
PANJANG TUNGKAI (CM)
|
63 - 66.5
|
DIAMETER PANGGUL (CM)
|
18,8 - 19.6
|
BERAT BADAN (KG)
|
20 - 23
|
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
|
.168 - .186
|
Pesenam artistik putri usia 7 tahun
TINGGI BERDIRI (CM)
|
117 - 119
|
TINGGI DUDUK (CM)
|
60 - 63
|
PANJANG LENGAN (CM)
|
48.5 - 51.2
|
PANJANG TUNGKAI (CM)
|
62 - 65
|
DIAMETER PANGGUL (CM)
|
19,1 - 21
|
BERAT BADAN (KG)
|
18.5 - 21.5
|
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
|
.158 - .180
|
c. Pesenam ritmik putri usia 6 tahun (Senam Ritmik)
TINGGI BERDIRI (CM)
|
114 - 119
|
TINGGI DUDUK (CM)
|
59 - 60
|
PANJANG LENGAN (CM)
|
48.1 - 49.1
|
PANJANG TUNGKAI (CM)
|
62.1 - 64.1
|
DIAMETER PANGGUL (CM)
|
17,8 - 18,2
|
BERAT BADAN (KG)
|
15.1 - 16.7
|
INDEKS TINGGI DAN BERAT BADAN
|
.135 - .145
|
PETUNJUK
PELAKSANAAN TES DAN PENGUKURAN
1.
Pelaksanaan
Pengukuran Anthropometrik
1) Pengukuran
Tinggi Badan
Alat
yang diperlukan:
ü Alat
Pengukur Tinggi Badan /Pita Meteran
ü Alat
Pencatat
Pelaksanaan:
Subjek
diminta berdiri tegak dengan bersandar ke tembok pada punggungnya, kemudian
tempelkan sebilah balok kecil (buku, kotak kayu, dll.) yang keras dan tegak
lurus di atas kepala subjek sampai menyentuh kepala. Titik atau garis di mana
balok itu menyentuh kepala, kemudian di ukur hingga ke lantai. Tentukan ukuran
tinggi badan ini dalam centimeter.
2) Mengukur
Tinggi Duduk
Alat
yang diperlukan:
ü Meteran
ü Kursi
tanpa jok dan sandaran
Pelaksanaan:
Subjek
diminta duduk di kursi yang diletakkan di dekat tembok, dengan menyandar tegak
ke tembok di belakangnya. Tempelkan balok kecil di atas kepala subjek hingga
menyentuh kepala. Titik atau garis di mana balok itu menyentuh kepala diukur
hingga ke permukaan datar kursi terdekat. Tentukan ukuran tinggi duduk dalam
centimeter.
3) Mengukur
Panjang Lengan
Alat
yang diperlukan:
ü Meteran
Pelaksanaan:
Subjek
diminta berdiri tegak. Ukurlah panjang lengan dari ujung bahunya hingga ke
ujung jarinya. Untuk pengukuran ini boleh dilakukan pada salah satu lengannya,
atau kedua-duanya. Tentukan ukuran panjang lengan dalam centimeter.
4) Panjang
Tungkai
Alat
yang diperlukan:
ü Meteran
Pelaksanaan:
Subjek diminta berdiri tegak menyandar tembok di
belakangnya. Mintalah subjek mengangkat salah satu kakinya, untuk mengetahui
titik sudut dari kaki yang terangkat tersebut, dan tandai titik itu dengan
tetap menyentuhkan tangan pengukur pada titik itu. Kemudian minta subjek
mnurunkan kakinya kembali dan berdiri tegak kembali, tanpa melepaskan titik
dimaksud. Ukurlah panjang tungkai dari titik sudut tungkai ke lantai dalam
centimeter.
5) Berat
Badan
Alat
yang diperlukan:
ü Timbangan
badan.
Pelaksanaan:
Mintalah
subjek berdiri di atas timbangan, dengan hanya mengenakan pakaian yang tidak
menambah berat, termasuk topi dan sepatu yang harus dilepas. Pengukur kemudian
melihat dan mencatat berat badan subjek dari ukuran yang tertera pada timbangan
tersebut. Catat ukuran berat badan dalam kilogram.
6) Lebar
Panggul
Alat
yang diperlukan:
ü Meteran
Pelaksanaan:
Subjek
berdiri tegak menghadap ke petugas pengukur. Ukurlah lebar panggul anak dengan
mengukur bagian ujung kiri dan ujung kanan panggul pada bonggol tulangnya yang
menonjol. Tentukan ukuran lebar panggul ini dalam centimeter.
7) Indek
Berat Badan: Tinggi Badan
Alat
yang diperlukan:
ü Kalkulator
Pelaksanaan:
Setelah
ukuran tinggi badan dan berat badan diketahui, maka untuk menentukan indek
berat badan-tinggi badan adalah dengan membagi ukuran berat (dalam kilogram)
oleh ukuran tinggi badan (dalam centimeter). Hasilnya adalah ukuran indek dari
yang dimaksud, yang diambil dalam tiga desimal di belakang koma. Lakukan
pembulatan sesuai ketentuan jika terdapat lebih dari tiga desimal di belakang
koma.
b.
Pengukuran Kualitas Fisik dan Motorik
1)
Push-Ups
Pelaksanaan:
Subjek diminta mengambil posisi telungkup di lantai, dengan
kedua tangan diletakkan di samping dada, dengan siku mengarah ke atas, dada
menyentuh lantai. Dari posisi tersebut, subjek diminta melakukan push ups
hingga kedua lengannya lurus dan kembali ke posisi semula hingga dada menyentuh
lantai kembali. Hitungan dimulai ketika posisi tumpu dengan kedua lengan lurus
dicapai. Hitungan hanya dilakukan untuk push-ups yang memenuhi ketentuan.
Lakukan sebanyak-banyaknya tanpa dibatasi waktu. Menghentikan gerakan pada
posisi lengan lurus diperbolehkan dengan waktu istirahat yang tidak melebih 2
detik, sebanyak-banyaknya tiga kali.
2) Pull-Ups
Alat yang diperlukan:
ü Palang
dalam ketinggian yang mencukupi, dengan diameter palang tidak lebih dari 4 centimeter
(untuk putra) dan 5 centimeter (untuk putri).
Pelaksanaan:
Subjek menggantung pada palang dengan pegangan telapak
tangan menghadap ke tubuh (atau anak diperbolehkan memilih). Dari posisi
tersebut lakukan pull-ups hingga dagu melewati ketinggian palang dan segera
turun kembali hingga posisi gantungan dengan kedua lengan lurus. Skornya adalah
jumlah ulangan pull-ups yang dilakukan dengan benar secara maksimum.
3) Angkat
kaki ke tangan (Leg Lift to the bar)
Alat yang diperlukan:
ü Palang
dalam ketinggian yang mencukupi, dengan diameter palang tidak lebih dari 4
centimeter (untuk putra) dan 5 centimeter (untuk putri).
Pelaksanaan:
Subjek menggantung pada palang dengan pegangan bebas. Angkat
kedua kaki hingga menyentuh palang tanpa terlebih dahulu mengayun atau
melecutkan kaki ke belakang, dan kembali ke posisi menggantung. Lakukan
sebanyak-banyaknya ulangan, dengan ketentuan memenuhi syarat di atas.
4) Angkat
Kaki 90 derajat selama 30 detik (Ritmik)
Alat
yang diperlukan:
ü Palang
dalam ketinggian yang mencukupi, dengan diameter palang tidak lebih dari 4
centimeter.
Pelaksanaan:
Subjek menggantung pada palang dengan pegangan bebas. Dari
posisi ini, angkat kedua kaki hingga membentuk sudut 90 dalam keadaan lurus,
dan kembali ke posisi menggantung. Lakukan sebanyak-banyaknya dan
secepat-cepatnya, dalam batas waktu 30 detik.
5) Standing
Broad Jump
Alat yang diperlukan:
ü Pita
Meteran
ü Tanda
yang bisa dilekatkan ke lantai
ü Kapur
atau magnesium berwarna putih
Pelaksanaan:
Subjek berdiri dengan menempatkan ujung jari kakinya yang
sudah dilumuri magnesium persis di belakang pita pembatas Dengan diawali
mengayunkan kedua lengannya ke belakang dan membengkokkan kedua lututnya tanpa
berpindah tempat, subjek segera melakukan lompatan ke depan sejauh-jauhnya dan
mendarat tanpa jatuh ke lantai. Segera ukur jarak lompatan, dari mulai ujung
pita terjauh hingga ke bekas pendaratan terdekat. Tentukan ukuran dalam
centimeter. Subjek diberi kesempatan melakukan lompatan sebanyak tiga kali,
dengan hasil terbaik yang diambil.
6) Vertical Jump (Ritmik)
Alat yang diperlukan:
ü Meteran
yang keras
ü Kapur
atau magnesium
Pelaksanaan:
Subjek berdiri menyamping ke tembok, dengan terlebih dahulu
memberi tanda ketinggian jangkauannya pada saat berdiri di tembok. Kemudian
dengan mengambil ancang-ancang, anak diminta melompat ke atas dan menjangkaukan
kembali lengannya ke tembok sehingga tertinggal tandanya secara jelas. Ukurlah
ketinggian lompatan anak dari mulai ketinggian jangkauan berdirinya hingga ke
ketinggian jangkauan lompatannya. Tentukan ukuran dalam centimeter. Subjek
diberi kesempatan melakukan lompatan sebanyak tiga kali, dengan hasil terbaik
yang diambil.
7) Membungkukkan
Tubuh (Body Bent)
Alat yang diperlukan:
ü Pita
meteran
ü Bangku
untuk berdiri
Pelaksanaan:
Subjek diminta berdiri di atas bangku atau kursi yang sudah
dipasangi meteran ke bawahnya. Bungkukkan badan, tanpa membengkokkan lutut, dan
jangkaukan jari-jari tangan ke bawah sejauh mungkin, dengan kedua tangan saling
bertumpang tindih dalam posisi sejajar. Tandai hasil jangkauan tersebut, dan
tentukan panjang jangkauan dalam centimeter. Semakin jauh semakin baik.
8) Kayang
(Bridge)
Alat yang diperlukan:
ü Pita
meteran
ü Matras
Pelaksanaan:
Subjek diminta melakukan kayang atau sikap jembatan, dengan
sikap lengan lurus dan kedua lutut rapat dan lurus dengan tumit menyentuh
lantai. Jarak yang diukur adalah dari tumit ke ujung jari tangan terdekat.
Tentukan ukuran dalam centimeter.
9) Split
atau Kaki Kangkang depan
Alat
yang diperlukan:
ü Pita
meteran
ü Matras
Keterangan:
Split yang diminta adalah sikap buka kaki kangkang dalam dua
sikap yang berbeda, yaitu (1) sikap split dengan kaki kiri atau kaki kanan di
depan, (keduanya disebut split depan, pilih yang terbaik) dan (2) sikap split
dengan membuka kedua kaki ke kedua sisi tubuh (disebut split samping).
Pelaksanaan:
Dengan membuka kaki ke depan atau ke samping, subjek mencoba
mencapai sikap kangkang selebar mungkin hingga dapat menyentuhkan kedua pangkal
pahanya ke lantai, tanpa menekuk lutut atau bagian kaki sedikitpun. Semakin
dekat jarak kedua pangkal paha ke lantai semakin baik, dengan skor terbaik
adalah 0 (0) dalam centimeter. Untuk kaki split depan, jarak yang diukur adalah
bagian pangkal paha dari kaki depan ke lantai. Sedangkan pada split samping,
jarak yang ditentukan adalah jarak titik tengah kedua pangkal paha ke lantai.
Cara menetukan skor:
Tentukan skor untuk masing-masing split dalam satuan
centimeter, dan hasil dihitung masing-masing.
10)
Shoulder
Flexibility
(Kelentukan Bahu)
Alat yang diperlukan:
ü Pita
meteran
ü Tongkat
atau tali yang cukup besar
Pelaksanaan:
Sikap awal, subjek berdiri dengan memegang tongkat atau tali
yang disediakan dengan kedua tangan dengan lengan lurus di depan dada, dalam
jarak tertentu. Ukurlah jarak pegangan kedua tangan tersebut tersebut terlebih
dahulu, walaupun belum dicatat. Dengan pegangan tersebut, subjek diminta
mengangkat kedua lengannya ke atas belakang, dan dalam sikap lengan tetap
lurus, subjek harus berhasil menempatkan kedua lengannya di belakang badan
(inlocate). Kemudian kembali ke posisi semula (dislocate ke posisi netral lagi)
dengan cara yang sama dalam arah sebaliknya. Jarak di mana pesenam berhasil
melakukan inlocate dan dislocate dengan memegang tongkat tadi diukur dalam
satuan centimeter dan menjadi skor fleksibitas bahunya. Untuk pengukuran ini,
pesenam diperbolehkan mencoba beberapa jarak yang diperkirakan sesuai bagi
dirinya, atau dilakukan secara berulang-ulang untuk menentukan jarak yang
tepat, hingga dirinya tidak mampu lagi melakukannya. Semakin kecil jarak kedua
pegangan tangan, semakin baik skornya.
11)
Sprint 20 meter
Alat
yang diperlukan:
ü Stopwatch
ü Ruang
yang mencukupi untuk melakukan sprint sepanjang 20 meter (dengan perhitungan
terdapat jarak untuk deselerasi).
ü Tanda
untuk menandai batas start dan finish.
ü Bendera
untuk starter
Pelaksanaan:
Untuk melaksanakan tes ini sedikitnya diperlukan dua orang
petugas, satu untuk menjadi starter dan satu lagi untuk timer. Subjek lari
secepat-cepatnya dalam jarak 20 meter dengan start berdiri. Waktu tempuh diukur
dari ketika bendera starter mulai bergerak, sampai ketika togok subjek
menyentuh bidang tegak (maya) garis finish. Ukuran waktu dalam satuan detik.
12)
Keseimbangan 1 (Jingjit dua kaki, pejamkan mata)
Alat yang diperlukan:
ü Stopwatch
Pelaksanaan:
Anak diminta berdiri dengan kedua kakinya dalam posisi
tegak. Kemudian minta anak memejamkan kedua matanya, dan pada saat bersamaan
diminta menjingjitkan kakinya, dan segera mengangkat kedua lengannya lurus ke
atas. Ukurlah lamanya ia berhasil mempertahankan posisinya dalam keadaan mata
terpejam, dengan stopwatch.
Ketidakseimbangan yang besar atau berubahnya posisi jingjit
secara nyata merupakan akhir dari posisi yang diminta. Ukur dalam detik.
13)
Keseimbangan 2 (Jingjit satu kaki, lengan terentang ke
samping, pejamkan mata)
Ketentuannya
sama dengan test nomor 12, kecuali kaki yang berjingjit hanya satu kaki, kaki
lainnya di angkat di saamping kaki yang lain, serta posisi lengan yang
direntangkan ke samping.
14)
Koordinasi Umum (Ritmik)
Alat
yang diperlukan:
ü Sebuah
lingkaran berdiameter 1 meter yang sudah ditandai sudut-sudutnya, dengan dibagi
menjadi empat area, yaitu area 90, area 180, area 270, dan area 360.
Pelaksanaan:
Anak diminta berdiri di tengah lingkaran dalam posisi
netral. Kemudian ia bersiap-siap untuk melakukan lompatan berputar, dan segera
melakukannya. Yang harus diperhatikan oleh tester adalah, seberapa banyak
putaran ia berhasil melakukannya sampai ia mendarat kembali ke posisi berdiri.
Tentukan apakah putaran yang dilakukan sebesar 90, 180, 270, 360, atau lebih
dari 360. Tentukan secara pasti dilihat dari bagaimana posisi kaki anak
tersebut ketika mendarat.
15)
Koordinasi
Alat
yang diperlukan:
ü Tidak
ada yang khusus, kecuali tugas gerak yang akan disertakan dalam lampiran ini.
Keterangan:
Untuk pengetesan kemampuan koordinasi, tim peneliti
menggunakan tes koordinasi yang digunakan secara resmi di Bulgaria (Hadjiev dan
Andonov, 1991). Tes ini terdiri dari tugas untuk mengikuti gerakan instruktur
secara benar, setelah diberi kesempatan untuk melihat gerakan tersebut terlebih
dahulu sebanyak dua kali. Tesnya terdiri dari 4 gerakan, yang masing-masing
terdiri dari serangkaian gerak. Lakukan setiap rangkaian sebanyak 3 kali, dan
dihitung jumlah kesalahannya.
KESIMPULAN
DARI PEMANDUAN BAKAT GYMNASTICS
Senam atau Gymnastics
menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak
sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini bisa
terjadi karena teknologi pembuatan bahan pakaian belum semaju sekarang,
sehingga belum memungkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti
gerak pemakainya.
Pembinaan sejak dini melalui program pembibitan terstruktur
dan berkesinambungan, dengan konsep yang tepat menjadi sebuah tuntutan pada
olahraga prestasi. Pembinaan prestasi sejak awal perlu dikelola dengan baik dan
benar sesuai dengan prinsip pembinaan jangka panjang, sistematis dan
berorientasi pada sasaran. Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting
dalam pembinaan prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem
pembinaan olahraga prestasi. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka
tahap pencapaian prestasi tidak akan tercapai. Sistem pembibitan adalah cara
yang terbaik untuk membentuk pondasi yang kuat, menuju ketahap selanjutnya
yaitu spesialisasi secara berkelanjutan sampai tahap prestasi tinggi. Cabang-cabang
olahraga memiliki karakter dan spesifikasi masing-masing, sehingga perlu adanya
perpaduan antara test umum dan spesialisasi dalam pemanduan bakat. Peranan alat
test terasa kurang jika tidak dikombinasi dengan hasil pengamatan pelatih yang
berpengalaman. Cabang olahraga terukur sering mengalami kesalahan dalam
pemanduan bakat. Kesalahan terjadi sebagian besar karena anak-anak yang diukur
sudah mendapat latihan khusus, sehingga hasilnya lebih baik dari anak yang belum
mendapat sentuhan latihan. Peranan test umum dan khusus yang dikombinasikan
diharapkan dapat menghasilkan anak-anak yang berbakat, sehingga pembinaan
prestasi dapat mendapatkan hasil sampai prestasi tinggi.
Menurut Bouchard (Agus Mahendra, 2002:7) variansi yang
bersifat bawaan ini dikelompokkan menjadi yang bersifat morfologis
(antropometrik), organis dan fisiologis (kualitas fisik), perseptual dan
neuromuscular (kualitas motorik), dan tak kalah pentingnya aspek
sosio-psikologis (mental-psikologis). Aspek-aspek tersebut akan berpengaruh
terhadap pencapaian prestasi seorang atlet pada puncak penampilannya. Sedangkan
menurut brown (2001:175), USA gymnastics memiliki salah satu program
indentifikasi bakat secara umum meliputi lari 20 meter, push up, pull up, leg lift, splits, active shoulder flexibility,
dan vertical jump. Menurut Dr. Sands
dalam Brown (2001: 175) menyebutkan yang paling mungkin untuk mencapai
keberhasilan yang luar biasa dalam bakat olahraga adalah mereka yang mencapai
persentil ke 80 atau lebih untuk masing-masing test. Identifikasi bakat pada
anak dapat dilakukan pada anak yang berusia 9-10 tahun sampai 14 tahun.
Dengan
demikian pemanduan bakat olahraga gymnastics memiliki sejumlah item
identifikasi yang kompleks, sehingga tidak dapat dikatakan hanya memiliki
beberapa item identifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa Tudor O. (1990), Theory
And Methodology of Training: The Key to Athletic Performance. Dubuque.
Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.
Brown, Jim.
(2001). Sports Talent; How to identify
and develop outstanding athletes. United State of America: Human Kinetics
Mahendra. (2002). Pemanduan
bakat olahraga senam.. Diakses tanggal 25 Maret 2015.
Pranatahadi, dkk. (2010). Pengembangan instruktur senam
bagi masyarakat sekitar kampus uny wates kulonprogo. Laporan kegiatan ppm program prioritas
bidang. Diakses tanggal 25 Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar